KEKERASAN SIMBOLIK PEREMPUAN VS PEREMPUAN SEBAGAI DAYA PIKAT FILM PENDEK ‘TILIK’ : SEBUAH AMBIVALENSI
Abstract
Dunia maya Indonesia pada bulan Agustus 2020 dihebohkan dengan film pendek Jogja berjudul ‘Tilik’ yang diunggah di kanal Youtube lalu menjadi trending di Twitter. Film yang diproduksi oleh Ravacana Films bersama Dinas Kebudayaan DIY dengan didanai Dana Keistimewaan Yogyakarta (Danais) tahun 2018 ini berhasil merebut perhatian penonton di tengah aktivitas masyarakat yang tengah banyak dilakukan di rumah karena pandemi Covid-19. Film pendek ini bercerita tentang rombongan ibu-ibu di sebuah desa yang menaiki truk untuk pergi menjenguk Bu Lurah yang dirawat di rumah sakit kota. Sepanjang perjalanan menjenguk, Bu Tejo sebagai tokoh sentral mengumbar gosip tentang Dian, kembang desa yang muda dan cantik namun belum juga menikah. Berbagai narasi menjadikan Dian sebagai public enemy dengan meyakinkan bahwa tingkah lakunya sudah sangat meresahkan warga desa. Meminjam pemikiran Pierre Bourdieu, artikel ini mengurai relasi tidak setara melalui kekerasan simbolik dalam percakapan tokoh-tokoh dalam film Tilik. Kekerasan simbolik melalui bahasa dan dialog didukung oleh habitus patriarki, secara sadar maupun tidak telah memposisikan perempuan-perempuan dalam Tilik sebagai subordinat, artinya menampilkan perempuan vs perempuan sebagai sasaran praktik misogini. Uniknya, bentuk-bentuk kekerasan simbolik melalui gosip dan cek-cok dalam Tilik secara ambivalen justru viral diakui sebagai daya pikat yang menghibur sekaligus sebagai sebuah representasi dari realitas Ibu-ibu di desa. Keviralan ini kemudian seolah menjadi legitimasi Dinas Kebudayaan DIY untuk kembali memproduksi film dengan tema serupa. Akankah nantinya diproduksi film Tilik jilid 2
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Metz, Christian. 1974. A Semiotics of the Cinema:Film Language. New York: Oxford University Press.
Metz, Christian. 1991. Film Language: a Semiotics of the Cinema. University of Chicago Press edition.
Ritzer, G., & Goodman J., D. (2003). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.
Kisah di Balik Viralnya Film Tilik, Buah Penantian 2 Tahun Radar Jogja 22/08/2020 2020,9:08WIB. https://radarjogja.jawapos.com/2020/08/22/kisah-di-balik-viralnya-film-tilik-buah-penantian-2-tahun/
Sutradara Buka Suara Usai Film Pendek Tilik Viral CNN Indonesia, 23/08/2020 09:26WIB https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200823090305-220-538260/sutradara-buka-suara-usai-film-pendek-tilik-viral
Bourdieu, P. (1987). Bordieu: What Makes a Social Class?: On the Theoretical and Practical Existence of Groups. Berkeley Journal of Sociology: A Critical Review
Ritzer & Goodman. (2012) Teori Sosiologi Klasik – Post Modern Edisi Terbaru (Trans: Nurhadi). Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Haryatmoko. (2010). Habitus dan Kapital Dalam Strategi Kekuasaan, teori strukturasi Pierre Bourdieu dengan Orientasi Budaya. Jakarta: Pasca Sarjana Sosiologi Universitas Indonesia.
Benyahia, S. C., Gaffney, F., & White, J. (2006). AS Film Studies : The Essential Introduction. Javnost-the Public, 9, 83–91. Retrieved from http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=nlebk&AN=171098&site=ehost-live&scope=cite
Johnson, Allan G (2000). "The Blackwell dictionary of sociology: A user's guide to sociological language.
DOI: https://doi.org/10.33758/mbi.v15i2.879
Refbacks
- There are currently no refbacks.
____________________________________________
MEDIA BINA ILMIAH
ISSN 1978-3787 (print) | 2615-3505( online)
Published by BINA PATRIA | Email: laloemipa@gmail.com
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats